Rabu, 02 Mei 2012

ASKEP MORBILI

ASKEP MORBILI


TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik ( Ilmu Kesehatann Anak Edisi 2, th 1991. FKUI ).
Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi ( Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000)

B. Etiologi :
Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah sealma masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus ini berupa virus RNA yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus.
Cara penularan dengan droplet infeksi.

C. Epidemiologi :
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila seseorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.

D. Patofisiologi :
Droplet Infection (virus masuk)
Berkembang biak dalam RES
Keluar dari RES keluar sirkulasi
Pirogen :
- pengaruhi termostat dalam hipotalamus
Titik setel termostat meningkat
Suhu tubuh meningkat
- pengaruhi nervus vagus pusat
muntah di medula oblongata.
- muntah
- anorexia
- malaise Mengendap pada organ-organ yang
secara embriologis berasal dari ektoderm seperti pada :
- Mukosa mulut
infiltrasi sel-sel radang mononuklear pada kelenjar sub mukosa mulut
Koplik`s spot
- Kulit
Ploriferasi sel-sel endotel kalpiler di dalam korium
Terjadi eksudasi serum dan kadang-kadang eritrsit dalam epidermis
Rash/ ruam kulit
Konjunctiva
terjadi reaksi peradangan umum
Konjuctivitis
Fotofobia
- mukosa nasofaring dan broncus
infiltrasi sel-sel sub epitel dan sel raksasa berinti banyak
Reaksi peradangan secara umum
Pembentukan eksudat serosa disertai proliferasi sel monokuler dan sejumlah kecil pori morfonuklear
Coriza/ pilek, cough/ batuk
Sal. Cerna
Hiperplasi jaringan limfoid terutama pada usus buntu
mukosa usus teriritasi
kecepatan sekresi bertambah
pergerakan usus meningkat
diare

E. Manifestasi klinis
Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari dan kemidian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium
1. Stadium kataral (prodormal)
Stadium prodormal berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam ringa hingga sedang, batuk kering ringan, coryza, fotofobia dan konjungtivitis. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapandengan molar dibawah, tetapi dapat menyebar tidak teratur mengenai seluruh permukaan pipi. Meski jarang, mereka dapat pula ditemukan pada bagian tengah bibir bawah, langit-langit dan karankula lakrimalis. Bercak tersebut muncul dan menghilang dengan cepat dalam waktu 12-18 jam. Kadang-kadang stadium prodormal bersifat berat karena diiringi demam tinggi mendadak disertai kejang-kejang dan pneumoni. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia.
2. Stadium erupsi
Coryza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema / titik merah dipalatum durum dan palatum mole. Terjadinya eritema yang berbentuk makula papula disertai dengan menaiknya suhu tubuh. Eritema timbul dibelakang telinga dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan primer pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan didaerah leher belakang. Juga terdapat sedikit splenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini adalah “Black Measles” yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang bisa hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi



F. Komplikasi
- Otitis media akut
- Pneumonia / bronkopneumoni
- Encefalitis
- Bronkiolitis
- Laringitis obstruksi dan laringotrakkhetis
G. Pencegahan
1. Imunusasi aktif
Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Vaksin hidup yang pertama kali digunakan adalah Strain Edmonston B. Pelemahan berikutnya dari Strain Edmonston B. Tersbut membawa perkembangan dan pemakaian Strain Schwartz dan Moraten secara luas. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama.
Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi campak rutin tidak dapat dilakukan sebelum bayi berusia 15 bulan karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Pada suatu komunitas dimana campak terdapat secara endemis, imunisasi dapat diberikan ketika bayi berusia 12 bulan.
2. Imunusasi pasif
Imunusasi pasif dengan serum oarng dewasa yang dikumpulkan, serum stadium penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta (gama globulin plasma) yang dikumpulkan dapat memberikan hasil yang efektif untuk pencegahan atau melemahkan campak. Campak dapat dicegah dengan serum imunoglobulin dengan dosis 0,25 ml/kg BB secara IM dan diberikan selama 5 hari setelah pemaparan atau sesegera mungkin.

H. Pengobatan
Terdapat indikasi pemberian obat sedatif, antipiretik untuk mengatasi demam tinggi. Istirahat ditempat tidur dan pemasukan cairan yang adekuat. Mungkin diperlukan humidikasi ruangan bagi penderita laringitis atau batuk mengganggu dan lebih baik mempertahanakan suhu ruangan yang hangat.
Pemeriksaan Diagnostik
o Pemeriksaan Fisik
o Pemeriksaan Darah
Penetalaksanaan Teraupetik
o Pemberian vitamin A
o Istirahat baring selama suhu meningkat, pemberian antipiretik
o Pemberian antibiotik pada anak-anak yang beresiko tinggi
o Pemberian obat batuk dan sedativum


ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
A. Identitas diri :
B. Riwayat Imunisasi
C. Kontak dengan orang yang terinfeksi
D. Pemeriksaan Fisik :
1) Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia
2) Kepala : sakit kepala
3) Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan hidung (pada stad eripsi ).
4) Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.
5) Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada leher, muka, lengan dan kaki (pada stad. Konvalensi), evitema, panas (demam).
6) Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum
7) Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.
8) Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare
9) Status Nutrisi : intake – output makanan, nafsu makanan
E. Keadaan Umum : Kesadaran, TTV

II. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien Morbili adalah
1. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan organisme virulen
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya batuk
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
5. Gangguan aktivitas diversional berhubungan dengan isolasi dari kelompok sebaya

III. Perencanaan
1. Perluasan infeksi tidak terjadi
2. Anak menunjukkan tanda-tanda pola nafas efektif
3. Anak dapat mempertahankan integritas kulit
4. Anak menunjukan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan nutrisi
5. Anak dapat melakukan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas perkembangan selama menjalani isolasi dari teman sebaya atau anggota keluarga.

IV. Implementasi
1. Mencegah peluasan infeksi
o Tempatkan anak pada ruangan khusus
o Pertahankan isolasi yang ketat di rumah sakit
o Gunakan prosedur perlindugan infeksi jika melakukan kontak dengan anak
o Mempertahankan istirahat selama periode prodromal (kataral)
o Berikan antibiotik sesuai dengan order
2. Mempertahankan pola nafas yang efektif
o Mengkaji ulang status pernafasan (irama, edalaman, suara nafas, penggunaan otot bantu pernafasan, bernafas melalui mulut)
o Mengkaji ulang tanda-tanda vital (denyut nadi, irama, dan frekuensi)
o Memberikan posisi tempat tidur semi fowler / fowler
o Membantu klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampaunnya
o Menganjurkan anak untuk banyak minum
o Memberikan oksigen sesuai dengan indikasi
o Memberikan obat-obatan yang dapat meningkatkan efektifnya jalan nafas (seperti Bronkodilator, antikolenergik, dan anti peradangan)
3. Mempertahankan integritas kulit
o Mempertahankan kuku anak tetap pendek, menjelaskan kepada anak untuk tidak menggaruk rash
o Memberikan obat antipruritus topikal, dan anestesi topikal
o Memberikan antihistamin sesuai order dan memonitor efek sampingnya
o Memandikan klien dengan menggunakan sabun yang lembut untuk mencegah infeksi
o Jika terdapat fotofobia, gunakan bola lampu yang tidak terlalu terang di kamar klien
o Memeriksa kornea mata terhadap kemungkinan ulserasi
4. Mempertahankan kebutuhan nutrisi
o Kaji ketidakmampuan anak untuk makan
o Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak, rencanakan untuk memperbaiki status gizi pada saat selera makan anak meningkat.
o Berikan makanan yang disertai dengan supleman nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
o Kolaborasi untuk pemberian nutrisi parenteral jika kebutuhan nutrisi melalui oral tidak mencukupi kebutuhan gizi anak
o Menilai indikator terpenuhinya kebutuhan nutrisi (berat badan, lingkar lengan, membran mukosa)
o Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi sering
o Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala yang sama
o Mempertahankan kebersihan mulut anak
o Menjelaskan pentingya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit

5. Mempertahankan kebutuhan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas perkembangan
o Memberikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak (permainan, keterampilan tangan, nonton televisi)
o Memberikan makanan yang menarik untuk memberikan stimulasi yang bervariasi bagi anak
o Melibatkan anak dalam mengatur jadwal harian dan memilih aktivitas yang diinginkan
o Mengijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di rumah sakit, menganjurkan anak untuk berhubungan dengan teman melalui telepon jika memungkinkan

V. Perencanaan Pemulangan
Jelaskan terapi yang diberikan : dosis, efek samping
Melakukan imunisasi jika imunisasi belum lengkap sesuai dengan prosedur
Menekankan pentingnya kontrol ulang sesuai jadwal
Informasikan jika terdapat tanda-tanda terjadinya kekambuhan

PREVELENSI GJK DIKARAWANG

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Gagal jantung dapat dialami oleh setiap orang, Penyakit gagal jantung meningkat sesuai dengan usia, berkisar kurang dari l % pada usia kurang dari 50 tahun hingga 5% pada usia 50-70 Tahun dan 10% pada usia 70 tahun ke atas. Penyakit gagal jantung sangatlah buruk jika penyebab yang mendasarinya tidak segera ditangani, hampir 50% penderita gagal jantung meninggal dalam kurun waktu 4 Tahun. 50% penderita stadium akhir meninggal dalam kurun waktu 1 Tahun. ( www.scribd.com/doc/Gagal-Jantung, di unduh tanggal 26 Juli 2011 )

Gagal jantung sering ditemukan sebagai komplikasi dari penyakit jantung koroner. Suatu hasil penelitian menyatakan penyakit jantung koroner dan stroke dinyatakan sebagai penyebab 1,5 juta kematian di dunia setiap tahun. Di negara berkembang penyakit jantung koroner kini menjadi penyebab utama kematian yakni 50% dari keseluruhan penyebab kematian ( www. Naturindonesia.com/penyakit-jantung/gagal-jantung.html. diunduh tanggal 26 juli 2011 )

Studi lain di Inggris juga membuktikan tingginya penyakit arteri koroner sebagai penyebab gagal jantung. Sejumlah 41% klien yang dirawat karena gagal jantung menderita penyakit jantung iskemik, 26% di antaranya baru saja menderita infark miokardium, 49% dengan infark miokardium yang telah lama diderita, dan 24% angina. Hipertensi dan kardioamiopati dilatasi masing-masing hanya menjadi penyebab pada 6% dan 1% klien (Muttaqin, 2009).

Penyakit gagal jantung (Heart Failure) mempunyai resiko terjadinya: Syok kardiogenik, Kerusakan sel-sel miokardium, Gangguan pernafasan, Gagal ginjal, Gangguan fungsi hati, Nekrosis hemoragik usus, Koagulasi intravaskular difus (DIC) dan kematian(dr. ferry, 2007).

Dengan terganggunya salah satu organ yang sangat penting dalam tubuh, maka akan berdampak buruk bagi tubuh baik secara fisik, fisikologis dan juga spritual. Dampak fisik yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal jantung kongestif ini yaitu : kesulitan dalam bernafas / sesak nafas, batuk dan mudah lelah. Sedangkan dampak psikologis dari penyakit gagal jantung kongestif adalah klien merasa tidak menerima keadaan bahwa klien mengalami penyakit penyakit jantung, klien mudah tersinggung karena keadaan klien yang tidak stabil, klien tidak dapat berinteraksi dengan orang-orang terdekat atau orang-orang yang disekitarnya seperti keluarga, tetangga dan masyarakat setempat dikarenakan keterbatasan aktivitas.

Dilihat dari banyaknya kasus Gagal Jantung Kongestif yang terus meningkat karna pola hidup yang tidak sehat, seperti kebiasaan merokok, diit yang tidak sehat, kebiasaan mengkonsumsi alkohol, jarang olahraga dan sebagainya, maka peran perawat sangat dibutuhkan untuk penanggulangan penyakit Gagal Jantung kongestif, agar tidak menimbulkan komplikasi yang lebih berat lagi yang dapat memperburuk keadaan penderita Gagal Jantung Kongestif ini, adapun peran perawat sebagai berikut : Advocate (Pembela Klien) : Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. (Disparty, 1998 :140). selain sebagai pembela perawat juga berperan sebagai Conselor yaitu proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual dan juga Educator Inti dari perubahan perilaku selalu didapat dari pengetahuan baru atau ketrampilan secara teknis.

Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskular masih menduduki peringkat yang tinggi, menurut data WHO di laporkan bahwa sekitar 3000 penduduk Amerika menderita gagal jantung kongestif. Prevalensi gagal jantung di negara berkembang cukup tinggi dan makin meningkat. Oleh karena itu gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang utama. Walaupun angka-angka yang pasti belum ada untuk Indonesia secara nasional, sebagai gambaran di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang terdapat 862 angka kejadian gangguan system kardiovaskuler dan terdapat 433 gagal jantung kongestif,
Dilihat dari prosentase angka kejadian gangguan sistim kardiovaskuler di RSUD Karawang, gagal jantung kongestif menepati urutan tertinggi bila dibandingkan dengan gangguan sistem kardiovaskular lainnya.

Melihat begitu banyaknya angka kejadian Gagal jantung baik itu di Dunia, Asia, Indonesia, bahkan di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang, mengungkapkan suatu fakta bahwa begitu pentingnya peran perawat dalam suatu proses keperawatan pada pasien Gagal jantung. Peran perawat terhadap pasien dengan gagal jantung yang meliputi peran preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif sangat diperlukan. Terutama peran promotif melalui edukasi dapat merubah klien dalam mengubah gaya hidup dan mengontrol kebiasaan pribadi untuk menghindari faktor resiko. Dengan edukasi semakin banyak klien yang mengerti bagaimana harus mengubah perilaku sehingga mereka mampu melakukan pengobatan dan perawatan mandirinya. Perawatan yang baik hanya dapat tercapai apabila ada kerjasama antara perawat dan klien serta adanya minat klien untuk mengatasi masalah tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengambil karya tulis ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A DENGAN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI RUANG RENGAS DENGKLOK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG”.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien . dengan gagal jantung kongestif secara langsung dan komprehensif meliputi aspek bio, psiko, sosial, dan spiritual dengan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan interaksi dengan klien diharapkan penulis mampu:
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan gagal jantung kongestif
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan gagal jantung kongestif
c. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien dengan gagal jantung kongestif
d. Melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan gagal jantung kongestif
e. Mahasiswa mampu membuat evaluasi tindakan dan evaluasi hasil pada klien dengan gagal jantung kongestif
f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah diberikan.
g. Mampu menganalisa kesenjangan antara teori dengan praktik.


C. Metode Telaahan
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu menggambarkan, menganalisa data dan menguraikan dengan pendekatan studi kasus. Karya tulis ilmiah ini disusun dalam bentuk laporan penerapan asuhan keperawatan melalui proses pendekatan asuhan keperawatan pada klien secara langsung dan komprehensif meliputi aspek biopsikososial spiritual. Adapun tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Teknik wawancara, penulis melakukan baik pada klien kelolaan kasus, keluarga atau perawat ruangan yang sedang bertugs pada saat penulis mengumpulkan data-data tentang klien.
2. Observasi
Dengan cara mengadakan observasi pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang khususnya yang ada hubungan dengan judul diatas dan dengan melakukan pemeriksaan fisik yang meliputi: inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
3. Studi Pustaka
Studi kepustakaan adalah cara penelitian dengan mengumpulkan data secara komprehensif untuk mendapatkan data atau bahan yang berhubungan dengan penderita gagal jantung dalam rangka mendapatkan dasar teoritis dengan jalan membaca buku catatan kuliah, makalah literature atau referensi.
4. Studi Dokumen
Penulis mengambil data-data dari sumber yang berkaitan dengan klien, misalnya catatan medis klien.
5. Asuhan keperawatan Langsung
Penulis melakukan langsung asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Gagal jantung.

D. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari:
BAB I Pendahuluan, meliputi latar belakang, tujuan, metode telaahan, dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan teoritis meliputi konsep dasar gagal jantung dan asuhan keperawatan secara teoritis pada klien dengan gagal jantung
BAB III Tinjauan kasus dan pembahasan. Tinjauan kasus meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi. Pembahasan yang membahas mengenai kesenjangan antara teori dan penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan gagal jantung meliputi perngkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, serta faktor-faktor pendukung dan penghambat yang ada selama penulis melakukan asuhan keperawatan, serta penyelesaiannya.
BAB IV: Penutup meliputi kesimpulan dan rekomendasi