Selasa, 21 Juni 2011

ASKEP FARINGITIS

ASKEP FARINGITIS

A. PENGERTIAN
Faringitis adalah inflamasi febris yang disebabkan oleh infeksi virus yang tak terkomplikasi biasanya akan menghilang dalam 3 sampai 10 setelah awitan.
B. ETIOLOGI
Penyebab dari faringitis dapat bervariasi dari organisme yang menghasilkan eksudat saja atau perubahan kataral sampai yang menyebabkan edema dan bahkan ulserasi. Organismeyang ditemukan termasuk streptokokus, pneumukokus, dan basilus influenza, diantara organisme yang lainnya.
C. PATOFISIOLOGI
Pada stadium awal, terdapat hiperemia, kemudian edama dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal atau berbentuk mukus, dan kemudian cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemia, pembuluh darah dinding faring menjadi melebar. Bentuk sumbatan yang berwarna putih, kuning, atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tidak adanya tonsila,dan tampak bahwa folikel limfoid atau bercak-bercak pada dinding faring posterior,atau terletak lebih kelateral, mejadi meradang dan membengkak.
Dengan kemajuan dalam identifikasi virus, laporan masalah klinis yang berhubungan dengan penyebab virus menjadi lebih banyak. Penting untuk berhati-hati terhadap kemungkinan penyebab virus pada faring yang berhubungan dengan adenopati tidak adanya pembentukan membran faring folikularis. Pembentukan vesikel pada membran mukosa, seperti herpes, dugaan kuat penyebabnya adalah virus.
D. MENIFESTASI KLINIS
Penderita mengeluh rasa kering atau gatal pada tenggorok. Dinding faring kemerahan dan menjadi kering , gambaran seperti kaca dan dilapisi oleh sekresi mukus, jaringan limfoid biasanya tampak merah dan membengkak dan disertai dengan demam, malaise, dan sakit tenggorok juga bisa timbul, serak, batuk dan rhinitis.
Infeksi firus tidak terkomplikasi biasanya hilang dengan segera 3 sampai 10 hari. Namun faringitis yang disebabkan oleh bakteri yang lebih virulen seperti streptococcus group A adalah penyakit yg lebih parah selama fase akut dan jauh lebih penntina dari insiden bahaya komplikasi. Kultur tenggorok merupakan cara utama dalam menentukan organisme penyebab setelah diresepkan terapi yang sesuai. Usap nasal dan kultur darah dapat juga dilakukan untuk mengidentifikasi organisme.

E. PENATALAKSANAAN
Jika penyebabnya adalah bakterial maka pengobatan dapat mencakup agens antimikrobial untuk streptokokus group A, penisilin merupakan obat pilihan. Namun jika pasien elergi maka digunakan sepalosporin.
Diet cair atau lunak diberikan selama tahap akut penyakit pada kondisi yang para cairan diberikan secara intravena dan pasien didorong untuk memperbanyak minum air untuk mencegah penyebaran infeksi diinstruksikan untuk menghindari kontak dengan orang lain sampai demam benar-benr menghilang.

BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
INTEGRITAS EGO
Gejala : Perasaan takut akan kehilangna suara
Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hibungan keluarga, kemampuan kerja dan keuangan
Tanda : ansietas, depresi

MAKANAN / CAIRAN
Gejala : kesulitan menelan
Tanda : kesulitan menelan , mudah tersedak, bengkak, inflamasi/drainase
Oral, kebersihan gigi buruk.

HYGIENE
Tanda : kemunduran kebersihan gigi
Kebutuhan bantuan perawatan dasar

NEUROSENSORI
Gejala : kesemutan, parestesia otot wajah
Tanda : hemiparesis wajah (keterlibatan parotid dan sub mandibular)
Kesulitan menelan, kerusakan membran mukosa

NYERI/KENYAMANAN
Gejala : Sakit tenggorok, penyebaran nyeri ketelingan dan wajah, nyeri lokal
Pada orofaring
Tanda : Prilaku berhati hati, gelisah, nyeri wajah, gangguan tonus otot

PERNAPASAN
Gejala : Riwayat merokok, penyakit paru kronis, batuk dengan/tanpa sputum
Tanda : Dispnea, sputum, darah

KEAMANAN
Gejala : Perubahan pendengaran

INTERAKSI SOSIAL
Gejala : Kurang dukungan sistem keluarga, masalah tentang kemampuan berkomunikasi, bergabung dalam interaksi sosial.
Tanda : Bicara kacau, enggan untuk bicara

B. DIAGNOSA
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder akibat proses inflamasi.
2. Nyeri berhubungan dengan iritasi jalan napas`atas sekunder akibat infeksi
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan iritasi jalan napas atas.
4. Devfisit volumer cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan sekunder akibat diaforesis yang berkaitan dengan demam.
5. Kurang pengetahuan mengenai pencehgahan infeksi berhubungan dengan kurang terpajan tentang peyakit dan pengobatan serta prosedur perawatan.

C. INTERVENSI
NDX I : Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang berlebihan
Intervensi :
1. Awasi frekuensi/kedalaman pernapasan, catat kemudahan bernapas, auskultasi bunyi napas, selidiki kegelisahan, dispnea, terjadinya sianosis.
R/ Perubahan pada pernapasan, penggunaan otot aksesori pernapasan atau adanya ronchi diduga karena retensi sekret.
2. Tinggikan kepala 30 – 40 derajat
R/ Memudahkan drainase sekret, kerja pernapasan dan ekspansi paru.
3. Dorong menelan bila pasien mampu
R/ Mencegah pengumpulan sekret untuk membersihkan oral, menurunkan resiko aspirasi.
4. Dorong batuk efektif dan napas dalam
R/ Memobilisasi sekret umtuk membersihkan jalan napas atas dan membantu mencegah komplikasi pernapasan.

NDX 2 : Nyeri berhubungan dengan iritasi jalan napas atas akibat infeksi
Intervensi :
1. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, skala dan selidiki serta laporkan perubahan nyeri yang tepat.
R/ Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan
2. Pantau tanda vital
R/ Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri.
3. Berikan analgetik sesuai in dikasi
R/ Menghilangkan nyeri, mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi lain.

NDX 3 : Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan iritasi jalan nafas atas.
Intervensi :
1. Kaji kemampuan pasien untuk berkomunikasi
R/ Alasan untuk dukungan ventilator jangka panjang bermacam macam, pasien apat sadar dan beradaptasi pada penullisan.
2. Tentukan apakah pasien mempunyai gangguan komunikasi lain contoh pendengaran, penglihatan.
R/ Adanya masalah lain akan mempengaruhi rencana untuk pilihan komunikasi
3. Berikan cara yang tepat dan kontinyu untuk memanggil perawat, contoh bel pemanggil atau lampu
R/ Pasien memerlukan keyakinan bahwa perawat waspada dan akan bererspon terhadap panggilan.
4. Berikan pilihan cara berkomunikasi yang tepat bagi kebutuhan pasien misalnya papan dan pensil, bahasa isyarat.
R/ Memungkinkan pasien untuk menyatakan kebutuhan/masalah
5. Berikan komunikasi nonverbal, contoh sentuhan dan gerak fisik.
R/ Mengkomunikasikan masalah dan memenuhi kebutuhan kontak dengan orang
6. Ingatkan pasien untuk tidak bersuara sampai dokter memberi izin.
R/ Meningkatkan penyembuhan pita suara dan membatasi potensial disfungsi pita permanen.

NDX IV : Defisit volume cairaengan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan akibat diaforesia yang berkaitan dengan demam.


NDX V : kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan tentang informasi penyakit dan pengobatannya.
Intervensi
1. kaji potensial kerja sama dalam program pengobatan dirumah termasuk orang terdekat sesuai indikasi.
R/ orang terdekat memerlukan keterlibatan bila proses penyakit berat atau berubah untuk batasan kesembuhan.
2. berikan informasi dalam bentuk-bentuk dan segmen yang singkat dan sederhana.
R/ menurunnya rentang perhatian pasien dapat menurunkan kemampuan untuk menerima /memproses dan mengingat/menyimpan informasi yang diberikan.
3. diskusikan mengenai kemungkinan proses penyembuhan yang lama.
R/ proses pemulihan dapat berlangsung dalam beberapa minggu/bulan dan informasi yang dapat mengenai harapan dapat menolong pasien untuk mengatasi ketidak mampuannya dan juga menerima perasaan tidak nyaman yang lama.

D. EVALUASI
Hasil yang diharapkan :
1. mempertahankan jalan napas tetap paten dengan mengatasi sekresi
a. melaporkan penurunan pada kongesti
b. mengambil posisi terbaik untuk memudahkan drainase sekresi
2. melaporkan perasaan lebih nyaman
a. mengikuti tindakan untuk mencapai kenyamanan analgesic, kantung panas, kumur, istrahat.
b. Memperagakan higyne mulut yang adekuat.
3. menunjukan kemampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhan, keinginan dan tingkat kenyamanan.
4. mempertahankan masukan cairan yang adekuat.
5. mengidentifikasi strategi untuk mencegah infeksi jalan napas atas dan reaksi alergi.
6. menunjukan tingkat pengetahuan yang cukup dan melakukan perawatan diri secara adekuat.
7. bebas dari tanda dan gejala infeksi:
a. menunjukan tanda-tanda vital normal (suhu tubuh, frekuensi nadi dan pernapasan)
b. tidak terdapat drainase plurelen
c. bebas dari nyeri pada telinga, sinus, dan tenggorokan.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Faringitis adalah gangguan saluran pernafasan bagian atas, timbul akibat rangsangan dan infeksi pada faring karena terjadinya rinitis atrofi, sehingga udara pernapasan tidak diatur suhu dan kelembapannya.
Rinitis kronik, sinusitis, inflasi kronik yang dialami perokok dan peminum alkohol, inhalasi uap yang merangsang infeksi, daerah berdebu, kebiasaan bernafas melalui mulut.
Adapun keluhan dengan rasa gatal, kering, serta berlendir yang sukar dikeluarkan di tenggorokan, disertai batuk. Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior faring granular.
B. Saran
Melalui makalah ini diharapkan :
© Para pembaca dan masyarakat mampu memahami dan mengerti tentang penyakit faringitis ini
© Para tenaga kesehatan mampu memberikan usulan keperawatan kepada pasien khususnya faringitis secara profesional
© Disarankan agar masyarakat mampu menjaga kesehatan dengan menghindari alasan yang bisa mengakibatkan faringitis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar