Selasa, 21 Juni 2011

ASKEP HEMOROID

Asuhan Keperawatan Klien dengan Hemoroid



1.PENGERTIAN
Hemoroid (Wasir) adalah pembengkakan jaringan yang mengandung pembuluh balik (vena) dan terletak di dinding rektum dan anus.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan dimana limbah (tinja, kotoran) keluar dari dalam tubuh. Rektum merupakan bagian dari saluran pencernaan diatas anus, dimana tinja disimpan sebelum dikeluarkan dari tubuh melalui anus.
Hemoroid bisa mengalami peradangan, menyebabkan terbentuknya bekuan darah (trombus), perdarahan atau akan membesar dan menonjol keluar.
Wasir yang tetap berada di anus disebut hemoroid interna (wasir dalam) dan wasir yang keluar dari anus disebut hemoroid eksterna (wasir luar). (http://www.medicastore.com)
Wasir, Ambeyen atau bawasir (bahasa latin kedokteran / tabiban hemoroid / piles) adalah pelebaran pembuluh darah yang balik (fena) pada poros usus dan anus yang disebabkan karena otot dan pembuluh darah sekitar anus / dubur kurang elastis sehingga aliran darah terhambat dan membesar. (http://www.kab-bogor.info/)
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan diketahui mengawali atau memperberat adanya hemoroid. (Brunner & Suddarth, 2002)

2. ETIOLOGI
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab hemoroid, diantaranya:
1) Penderita terlalu mengedhen pada saat buang air besar.
2) kebiasaan jongkok atau duduk terlalu lama.
3) Konstipasi/sembelit
4) Keturunan.
5) mengangkat beban terlalu berat
6) wanita hamil yang mengedan saat melahirkan
7) diare kronik
8) usia lanjut
9) hubungan seks peranal
10) hereditas


C. PATOFISIOLOGI

Hemoroid adalah bantalan jaringan ikat dibawah lapisan epitel saluran anus. Sebagai bantalan, maka ia berfungsi untuk:

o Mengelilingi dan menahan anastomosis antara arteri rektalis superior dengan vena rektalis superior, media, dan inferior

o Mengandung lapisan otot polos di bawah epitel yang membentuk masa bantalan

o Memberi informasi sensorik penting dalam membedakan benda padat, cair, atau gas

o Secara teoritis, manusia memiliki tiga buah bantalan pada posterior kanan, anterior kanan, dan lateral kiri.

Kelainan-kelainan bantalan yang terjadi adalah pembesaran, penonjolan keluar, trombosis, nyeri, dan perdarahan yang kemudian disebut/menjadi ciri dari hemoroid.

D. KLASIFIKASI

Hemoroid diklasifikasikan menjadi hemoroid eksterna dan interna.

Hemoroid interna dibagi berdasarkan gambaran klinis, yaitu:

1. Derajat I: bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop;

2. Derajat II: pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus secara spontan.

3. Derajat III: pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari.

4. Derajat IV: prolaps hemoroid yang permanen, rentan, dan cenderung untuk mengalami trombosis atau infark.

Untuk melihat risiko perdarahan, hemoroid dapat dideteksi olek adanya stigmata perdarahan berupa bekuan darah yang masih menempel, erosi, kemerahan di atas hemoroid.

E. PENEGAKAN DIAGNOSIS

Diagnosis hemoroid ditegakkan berdasarkan anamnesis keluhan klinis dari hemoroid berdasarkan klasifikasi hemoroid (derajat I sampai dengan derajat IV) dan pemeriksaan anoskopi dan kolonoskopi. Untuk memastikan, diperlukan pemeriksaan rontgen barium enema atau kolonoskopi total.

F. MANIFESTASI KLINIS

Hemoroid menyebabkan tanda dan gejala:

- Rasa gatal dan nyeri

- Perdarahan berwarna merah terang pada saat BAB

- Pada hemoroid eksternal, sering timbul nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis (pembekuan darah dalam hemoroid) sehingga dapat menimbulkan iskemia dan nekrosis pada area tersebut.

G. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya hemoroid antara lain:

1. Terlalu banyak duduk

2. Diare menahun/kronis

3. Kehamilan: disebabkan oleh karena perubahan hormon

4. Keturunan penderita wasir

5. Hubungan seks tidak lazim (perianal)

6. Penyakit yang membuat penderita mengejan

7. Sembelit/ konstipasi/ obstipasi menahun

8. Penekanan kembali aliran darah vena

9. Melahirkan

10. Obesitas

11. Usia lanjut

12. Batuk berat

13. Mengangkat beban berat

14. Tumor di abdomen/usus proksimal

H. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan hemoroid terdiri dari penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan bedah.

1. Penatalaksanaan Medis

Ditujukan untuk hemoroid interna derajat I sampai III atau semua derajat hemoroid yang ada kontraindikasi operasi atau klien yang menolak operasi.

a. Non-farmakologis

Bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit dengan cara memperbaiki defekasi.

Pelaksanaan berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan minum, perbaikan pola/cara defekasi. Perbaikan defekasi disebut Bowel Management Program (BMP) yang terdiri atas diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan perubahan perilaku defekasi (defekasi dalam posisi jongkok/squatting). Selain itu, lakukan tindakan kebersihan lokal dengan cara merendam anus dalam air selama 10-15 menit, 2-4 kali sehari. Dengan perendaman ini, eksudat/sisa tinja yang lengket dapat dibersihkan. Eksudat/sisa tinja yang lengket dapat menimbulkan iritasi dan rasa gatal bila dibiarkan.

b. Farmakologi

Bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau menghilangkan keluhan dan gejala.

Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat macam, yaitu:

1. Obat yang memperbaiki defekasi

Terdapat dua macam obat yaitu suplement serat (fiber suplement) dan pelicin tinja (stool softener). Suplemen serat komersial yang yang banyak dipakai antara lain psylium atau isphaluga Husk (ex.: Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk) yang berasal dari kulit biji plantago ovate yang dikeringkan dan digiling menjadi bubuk. Obat ini bekerja dengan cara membesarkan volume tinja dan meningkatkan peristaltik usus. Efek samping antara lain ketut dan kembung. Obat kedua adalah laxant atau pencahar (ex.: laxadine, dulcolax, dll).

2. Obat simptomatik

Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri, atau kerusakan kulit di daerah anus. Jenis sediaan misalnya Anusol, Boraginol N/S dan Faktu. Sediaan yang mengandung kortikosteroid digunakan untuk mengurangi radang daerah hemoroid atau anus. Contoh obat misalnya Ultraproct, Anusol HC, Scheriproct.

3. Obat penghenti perdarahan

Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis. Psyllium, citrus bioflavanoida yang berasal dari jeruk lemon dan paprika berfungsi memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh darah.

4. Obat penyembuh dan pencegah serangan

Menggunakan Ardium 500 mg dan plasebo 3×2 tablet selama 4 hari, lalu 2×2 tablet selama 3 hari. Pengobatan ini dapat memberikan perbaikan terhadap gejala inflamasi, kongesti, edema, dan prolaps.

c. Minimal Invasif

Bertujuan untuk menghentikan atau memperlambat perburukan penyakit dengan tindakan-tindakan pengobatan yang tidak terlalu invasif antara lain skleroterapi hemoroid atau ligasi hemoroid atau terapi laser. Dilakukan jika pengobatan farmakologis dan non-farmakologis tidak berhasil.

2. Penatalaksanaan Tindakan Operatif

Ditujukan untuk hemoroid interna derajat IV dan eksterna atau semua derajat hemoroid yang tidak berespon terhadap pengobatan medis.

o Prosedur ligasi pita karet

o Hemoroidektomi kriosirurgi

o Laser Nd: YAG

o Hemoroidektomi

3. Penatalaksanaan Tindakan non-operatif

o Fotokoagulasi inframerah, diatermi bipolar, terapi laser adalah tekhnik terbaru yang digunakan untuk melekatkan mukosa ke otot yang mendasarinya

o Injeksi larutan sklerosan juga efektif untuk hemoroid berukuran kecil dan berdarah. Membantu mencegah prolaps.

Nursing Assesment:

o Personal Hygiene yang baik terutama didaerah anal

o Menghindari mengejan selama defekasi

o Diet tinggi serat

o Bedrest/tirah baring untuk mengurangi pembesaran hemoroid

I. PENCEGAHAN

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hemoroid antara lain:

1. Jalankan pola hidup sehat

2. Olah raga secara teratur (ex.: berjalan)

3. Makan makanan berserat

4. Hindari terlalu banyak duduk

5. Jangan merokok, minum minuman keras, narkoba, dll.

6. Hindari hubunga seks yang tidak wajar

7. Minum air yang cukup

8. Jangan menahan kencing dan berak

9. Jangan menggaruk dubur secara berlebihan

10. Jangan mengejan berlebihan

11. Duduk berendam pada air hangat

12. Minum obat sesuai anjuran dokter

J. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Riwayat kesehatan:

- Apakah ada rasa gatal, terbakar dan nyeri selama defekasi?

- Adakah nyeri abdomen?

- Apakah terdapat perdarahan dari rektum? Berapa banyak, seberapa sering, apa warnanya?

- Adakah mucus atau pus?

- Bagaimana pola eliminasi klien? Apakah sering menggunakan laksatif?

Riwayat diet:

- Bagaimana pola makan klien?

- Apakah klien mengkonsumsi makanan yang mengandung serat?

Riwayat pekerjaan:

- Apakah klien melakukan pekerjaan yang memerlukan duduk atau berdiri dalam waktu lama?

Aktivitas dan latihan:

- Seberapa jumlah latihan dan tingkat aktivitas?

Pengkajian obyektif:

- Menginspeksi feses apakah terdapat darah atau mucus dan area perianal akan adanya hemoroid, fisura, iritasi, atau pus.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Konstipasi b.d mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat nyeri selama defekasi

b. Ansietas b.d rencana pembedahan dan rasa malu

c. Nyeri b.d iritasi, tekanan dan sensitivitas pada area rektal/anal sekunder akibat penyakit anorektal dan spasme sfingter post-operatif

d. Perubahan eliminasi urinarius b.d rasa takut nyeri post-operatif

e. Risiko ketidakefektifan penatalaksanaan program terapi

3. Perencanaan dan intervensi

- Menghilangkan konstipasi

Intervensi:

a. Menyusun waktu untuk defekasi, biasanya setelah makan atau pada waktu tidur

b. Menggunakan latihan relaksasi sesuai kebutuhan

c. Menambahkan makanan tinggi serat pada diet

d. Meningkatkan masukan cairan hingga 2 liter/24 jam

- Menurunkan ansietas

- Menghilangkan nyeri

Intervensi:

a. Mengubah posisi tubuh dan aktifitas untuk meminimalkan nyeri dan ketidaknyamanan

- Meningkatkan eliminasi urinarius

- Pemantauan dan penatalaksanaan komplikasi

- Pendidikan klien dan pertimbangan perawatan di rumah

K. BIBLIOGRAFI

Leff, E: Hemorrhoidectomy – Laser vs non-laser: out patient surgical experience at: www.medscape.com.

Keigley MRB. 2001. Hemorrhoidal Disease in Surgery of the Anus, Rectum and Colon, 2nd edition. WB Saunders: London.

Iwagaki: The Laser Treatment of Hemorrhoids: result of a study on 1816 patients in Surgery Today, vol 19 on 6 November 1989.

Gurley, D: hemorrhoid at: www.emedicine.com.

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi IV.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar